CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sabtu, 12 Oktober 2013

Refleksi | Berposes


Baru saja saya buka blog seseorang. Saya membaca, saya nikmati dari kata perkatanya. Dari jaman sebelum kuliah, sampai sekarang. Luar biasa. Dia orang besar dan bakal calon jadi orang yang lebih besar. Bocoran : beliau anak UGM (cari aja lah yang punya dan suka nge-blog)..

Dari perjalanan hidupnya saya jadi sadar, bahwa hidup adalah pembelajaran yang syarat akan proses. Perjalanan hidup sering sekali memposisikan kita seperti orang yang naik histeria : menkjubkan, mendebarkan membuat jerit - jerit kengerian. Bisa juga membuat kita seperti duduk manis dalam komidi putar : kadang di atas, kadang di bawah, sering juga di tengah menggantung.  Hidup : tergantung bagaimana cara kita menyikapi.

Penyesalan itu selalu ada di belakang. Ya, membaca blog beliau membuat saya menyesal. Mengapa? Kenapa nggak dari dulu aja saya rajin nulis di blog? keh keh keh. Ada blog, cuma dibuat nganggur. Padahal jika diceritakan dari SMA kan ya lumayan. Lumayan banyak memori yang bisa dibaca kembali dari sejak SMA : sekolah, teman - teman yang baik lucu menyenangkan walau ada yang agak rese, tentang mata hasan, X-1, XI IPA 1, XII IPA 2, tugas, pelajaran olahraga yang agak uhuk (nggak bisa), remidial (eaaa). Semuanya... Hm, sudah terlanjur. Nah, sekarang saya baru memulainya lagi..

Dari pengalaman hidupnya saya belajar tentang arti poses. Ketika dia berusia sekian tahun gaya cerita, gaya bicara dan gaya menulisnya seperti itu, tantangan hidupnya juga seperti itu. Perlahan dengan semakin bertambahnya digit usia, semakin seringnya merasakan siklus hujan dan kemarau, dari cerita - ceritanya saya merasakan ada perbedaan. PROSES, kenaikan menjadi lebih baik. Ujian - ujiannya menjadi semakin meningkat dan berbobot. Ah iya, bukankah semakin sulit suatu ujian merupakan suatu gambaran bahwa kualitas kita akan ditingkatkan? Penyikapan masalahnya-pun berbeda, dia semakin dewasa. Dan.. tulisannya sekarang jauh lebih bijak, lebih meliuk - liuk, lebih h e b a t.

Pelajaran berharga, bahwa hidup itu butuh proses. Proses-pun akan membutuhkan campur tangan dari sang waktu. Contoh konkretnya begini :
Suatu kondisi yang sama di sebuah kos-kosan, baju kotor sudah numpuk menggunung minta dipertemukan dengan detergen dan pewangi alias dicuci. Ada dua orang yang menanggapi persoalan tersebut dengan berbeda. Yang satu selepas subuh dia mulai mencuci, setelah usai lalu menjemurnya. Yang satu lagi masih tertidur untuk merangkai mimpi.
Akan terjadi perbedaan dari hasil keduanya, ya proses yang dijalaninya saja berbeda. Iya kan? Yang satu ketika siang hari bajunya sudah kering dan bisa dipakai setelah diseterika, yang satu-nya yang kerjanya hanya membangun mimpi akan kehabisan baju karena tidak ditangani dengan baik dalam prosesnya. Repot.

Demikian hidup, mengajarkan kita untuk lebih bersabar dan tekun dalam melakukan segala sesuatu. Karena hukum aksi = reaksi masih tetap berlaku. Proses adalah bagian dari pendewasaan tumbuh kembang manusia. Proses juga bisa saja mengkerdilkan manusia karena jalannya yang tidak ahsan, tidak baik.
Contoh nyatanya bisa juga jadi begini :
Banyak orang bilang bahwa kampus adalah miniatur kehidupan bangsa. Bisa jadi contoh salah satunya adalah tentang politik kampus. Pemira yang semacam dengan pemilu, proyek - proyek yang diberikan kampus untuk mahasiswa (misal acara OSPEK atau kegiatan yang lainnya), atau pengelolaan fakultas - fakultas yang dipimpin oleh seorang rektor.
Contoh kecil, harusnya kampus merupakan tempal "Kerja Praktek" yang bisa dijadikan tolak ukur bagaimana keadaan bangsanya. Jika mahasiswa yang diberi amanah untuk menjalankan / mengerjakan suatu kepanitiaan malah menyelewengakan anggaran / tindak manipulasi yang bisa merugikan salah satu pihak, maka wajar saja kalau bangsa ini demikian adanya. Ternyata praktik curang sudah membudaya dilakukan saat  masih  "Kerja Praktek" di kampus. Bermula dari sebuah bangkai, maka akhirnya akan menjadi sebuah kebusukan. Tidak akan bisa maju, kalau tidak diberangus dari akar - akarnya, darisaat kita masih berproses Naudzubillah..

Begitulah proses mengajarkan. Yang baik akan menjadi baik dan tambah baik.. Yang buruk maka hasilnya akan buruk. Proses tak selamanya akan mulus, akan ada semacam godaan karena memang syaitan ditakdirkan untuk menggoyakhan keteguhan hati. Cukupkan saja untuk Allah. Mari memulai dari pribadi masing - masing.

Allah... saksikanlah... kami berproses karena-Mu dan untuk-Mu..
Jauhkanlah kami dari tindak zhalim kepada diri kami sendiri, kepada teman - teman kami, ataupun kepada orang lain.
Tunjukilah selalu kami jalan yang lurus, seperti jalan orang - orang yang diridhai sebelum kami ada.
Bangsa ini, negeri ini ada di pundak kami, maka kuatkanlah pundak kami untuk memikulnya..
Kedamaian negeri ini, kesuburan tanah loh jinawi ini ada di hati kami, maka kuatkanlah cinta kami untuk mempertegas mana yang baik dan mana yang buruk.
Karena semua akan kembali dan bermuara pada-Mu. Maka jagalah proses kami untuk menuju-Mu, dengan kebaikan dan keberkahan.

Wallahu a'lam..



Yogyakarta, 11-10-13
Setelah baca blog-nya presma UGM 2013, mas Yanuar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar