CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Kamis, 31 Oktober 2013

Alarm Pengingat


Kamu tau salah satu tanda bahwa kamu sudah "besar"?
Sepucuk surat berwarna, harum, dan ditujukan untuk sebuah nama. Ya, dia adalah undangan pernikahan.
Hei, ternyata kamu sudah "besar". Satu per satu undangan pernikahan mulai berdatangan. Satu persatu teman - teman sekolahmu, teman kuliahmu mengganti foto profil FB nya dengan indahnya keserasian foto pengantin. Ternyata kamu bukan anak - anak lagi...

Tahun ini mulai "membanjir" undangan pernikahan terlayang, dari undangan untuk "rombongan" atau undangan secara personal. Yang kadang membuat shock adalah orang yang biasanya adem ayem tanpa umbar wacana langsung to the point membagikan undangan pernikahan.. duuh duh mantap betul rupanya.

Undangan pernikahan adalah sebuah alarm peringatan, bahwa umur kamu sudah tidak muda lagi, sudah bukan jamannya mainan engklek, sudah bukan jamannya lagi main lompat tali, sudah bukan jamannya main petak umpet lagi. Kamu sudah "besar". Barangkali kamu memang tidak seberani orang lain yang suduh dewasa dan berani mengambil langkah untuk mempercepat penyempurnaan dien (menikah). Tapi ingat, ini adalah alarm peringatan. Belajarlah, carilah bekal sebanyak mungkin.

Barangkali juga melintaskan ingin-pun kamu masih ragu - ragu. Jangan pernah tanya "mengapa" karena aku adalah kamu dan kita sama - sama belum mengetahui jawabannya. Waktu jelas tidak akan pernah mau tau, dia tetap terus berjalan. Hingga saatnya tiba dan waktu akan tetap berjalan. Brsiap siagalah dn jangan terlena. Waktu akan tetap bergulir dan berjalan..
:)

Kamis, 24 Oktober 2013

Jangan

Jangan sampai malas menculik masa depanku
Jangan sampai diam menahan seluruh gerakku
Jangan sampai henti membatas seluruh lajuku
Jangan sampai kamu menyekat dan mengunci rapat dalam otakku


Minggu, 20 Oktober 2013

Memendam


Membuka lubang baru, tapi belakangan sadar bahwa jika ada celah maka akan mudah sekali untuk terisi. --Akhirnya kamu memendam.
Menggali lubang baru, tapi selanjutnya mengerti bahwa jika ada celah maka mudah sekali untuk dimasuki benda - benda asing yang aneh. -- Akhirnya aku memendam.
Kita bersepakat tanpa ada janji terucap. Masing - masing dari kita cukup memendam dulu. Belum ada suatu kelegaan. Masih ada nafas yang tertahan untuk dihembuskan, masih butuh banyak udara untuk di hela.

Kita bersepakat dalam diam, dan kita menikmati. Bersepakat menyakiti diri dengan pemendaman kata yang tak kunjung terucap. Bagi kita mungkin inilah jalan yang terbaik. Menghayati setiap diam dengan diam. Sesekali berkata, seperlunya. Ternyata, kita menikmati sakit dalam diam. Dan anehnya, kita sama - sama menikamati itu. Sakit, diam. Bahagiapun, diam. Berkata banyak hanya akan membuat kita sama - sama tersedak dalam kebingungan.

Dalam satu ruang yang berbeda. Aku disini dan entah kamu dimana. Pendamlah dengan kokoh, agar pohon yang kita tanam kuat menghujam ke bumi dan kelak akan tumbuh menjulang ke angkasa. Akan tiba saatnya juga masing - masing dari kita akan memetik hasilnya. Entah dengan bersama atau tidak. Pendamlah itu kuat - kuat. Aku khawatir jika tidak kuat, maka akan goyah. Akhirnya kita hanya saling menunggu dalam diam. Entah sampai kapan.

 Photo by www.artlimited.net

Jumat, 18 Oktober 2013

Bu, anakmu makan enak.. hehe

Idul Adha kemarin yang bertepatan dengan tanggal 15 Oktober 2013, adalah lebaran haji ke-tiga saya berada di tanah rantau. Idul Adha tahun 2010 saya ada di Jogja, shalat Ied-nya di Aula SMP N 1 Yogyakarta. Lebaran haji ke-2 tahun 2011 saya merayakannya di Magetan, di rumah Rahma. Dan lebaran haji ke-3 di tanah perantauan ini saya merayakannya di Jogja (lagi).

Jika sebelum - sebelumnya saat masih stay di rumah, sore hari menjelang lebaran biasanya saya, ibu dan kakak perempuan saya (saat itu belum menikah) anteng memasak di dapur sambil rumpi sana - sini untuk membuat sayur pedas (sambel goreng kuah) dan ketupat. Dan malam harinya, saya biasa diajak jalan - jalan muterin kota Indramayu  bareng seorang lelaki paling keren, bapak saya :D
Kali ini beda cerita...

Lebaran haji tahun ini saya menetap di kosan, berdua (aja) dengan teman saya yang Ngapakers asli Cilacap (yang lain pada pulang kampung). Untungnya ada tragedi kunci garasi yang kebawa embel ke Banjarnegara, jadi Nias nggak bisa ngeluarin motor buat pergi ke Purworejo, hehe. Sebenarnya, dari rencana yang sudah disusun, harusnya lebaran ini saya ikut Mb Depi dan mbelala pergi ke Banjarnegara (ke Dieng juga), tapi berhubung urusan saya di Jogja ada yang nggak rela untuk ditinggal akhirnya saya nyerah nggak nge-bolang dulu dan tetap bertahan di Jogja. Nggak masalah..:)

Maskam (masjid kampus) jadi pilihan kami (saya, Nias dan satu lagi teman saya yang masih nyangkut di Jogja namanya Awal). Berangkat jam 6 lewat buat jemput Awal di kosannya. Pas, begitu nyampe maskam jamaah shalat Ied udah siap - siap berdiri untuk shalat. Hampir aja telat... hoho
Sebenarnya saya mencatat isi khutbah shalat Idul Adha yang saya ikuti, tapi saya posting di sesi lain aja ya.. Yang disini cuma cerita -cerita aja :D

Semalam, sebelum tanggal 15 datang, ibu kos yang bernama Ibu Isna mengajak saya dan Nias untuk nyate. Yes! Ternyata keluarga Pak Bambang (bapak kos) alhamdulillah diberikan kesempatan untuk berqurban sapii^^. Oke deh langsung terima, tawaran nyate itu bagaikan oase di padang pasir, hehe. Kedengarannya adem untuk orang yang berstatus sebagai anak kosan.
Setelah shalat Ied, kita bertiga (saya, Nias Awal) mampir dulu nyari makan, waspada kali aja nyate yang ditawarkan semalam itu PHP. Pogung jadi pilihan, kita makan penyetan. ~,~ Ternyata nggak PHP loh, siang harinya setelah pembagian daging qurban beres, saya dan Nias ikut motong - motong dan nusukin dagingnya buat daging sate. hehe. Oh iya ada tips penting nih:
-Kalau mau bikin empuk daging, coba direndam dulu daging tersebut ke dalam air nanas (di jus)-
Nah, kami mempraktekkan fungsi air nanas itu secara berlebihan. Dan hasilnya.... jeng jeng... karena kelamaan ngerendemnya, si daging setelah dibakar jadi lembek dan teksturnya aneh. Zzzzz orapopo yang penting makan daging.. XD

Bu... anakmu makan enak, makan daging nih.... hehehe

Oh iya, satu hari sebelum Idul Adha makanan di kosan sungguh sangat melimpah, alhamdulillah rizki. hihi. Karena tanggal H-1 Idul Adha itu waktunya bertepatan dengan puasa Arafah, jadi menu buka puasanya sangat beraneka. Temen - temen saya pada baik - baik banget nih, menyumbangkan makanan untuk saya. Semoga amalan kebaikannya dibalas sama Allah ya :). hehe : es krim, satu kotak donat (isinya lumayan banyak), satu bungkus astor, minuman teh kemasan, cemilan, kebab, dan 2 porsi makan dari bu Isna. Subhanallah.. maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
Pesta makan. Nggak habis semuanya, yang bisa diangetin ya diangetin untuk besok. :3

Bu... anakmu makan enak, makanannya macem - macem nih.... hehehe

Barusan, tadi malam, ada undangan makan - makan lagi dari bu Isna. Kali ini semua penghuni kosan mayoritas hadir memenuhi undangan kecuali Nias yang lagi di Purworejo dan Mb Depi yang lagi ngurusin acara seminar. Semalam tadi benar - benar makan besar. wkwkwk, Kita masak - masak dulu di lantai tiga* bareng bareng. Menu yang dibuat itu : kentang goreng, steak sapi, spageti saus jamur. Hehe mantapkan?!. Disana anak akobang bahu membahu masak selepas Maghrib, tentu saja koki utamanya adalah bu Isna (kite - kite mah jadi tukang bantu - bantu doang sih). Ibu Isna jago masak, denger - denger sih beliau ahli masak makanan luar negeri gitu deh.. waahh mantap. Matang!!!!

Bu... anakmu makan enak, makanannya gaya - gayaan semua nih.... hehehe

*Kosan Pak Bambang punya 4 lantai ; lantai 1 dan 2 untuk tempat kosan, lantai 3 itu rumah yang punya kosan, lantai 4 itu tempat jemuran.. hehe

Yap, inilah keluarga saya di Jogja bersama Akobang dengan teman - teman dan Ibu-Bapak kos yang baik hati..

Selamat Idul Adha.. :)
Semoga momen ini menjadikankita lebih berani, lebih ikhlas, lebih sabar, lebih peka, lebih lembut, lebih semangat dalam kebaikan..

Serius

Allah kasih saya jalan yang sungguh memesona. Setiap dirunut kembali rutenya, saya merasakan ada ketakjuban tersendiri, di setiap kelokan Allah berikan suatu pelajaran yang syarat akan makna. Sungguh Allah adalah penulis skenario terbaik. Disetiap persimpangannya Allah beri pelajaran keyakinan dan kepercayaan.

Satu persatu jalan dibuka. Ketika saya mulai merasa "letih" menghadapi mata kuliah atau tugas tertentu, Allah gerakkan hati saya untuk mengikuti majlis ilmu yang membuat hati menjadi rapi, atau biasa disebut dengan kajian. Perapihan hati yang mebuat saya tertampar - tampar. Di saat saya mulai "lemas" semangat, Allah memberikan penyemangat dengan hadirnya orang - orang di sekitar yang "peduli" terhadap saya : orang tua, saudara, teman - teman.

"Perempuan juga harus mandiri." mbak saya yang paling oke mengatakan demikian.
Iya memang perempuan itu harus mandiri ; bisa masak, nyuci, ngurus rumah, ngurus anak kecil, sampai tingkatan dasar menjahit kalau ada pakaian robek atau sekedar pasang kancing dkk. Tapi maksud mbak saya di atas lebih di spesifikkan untuk usaha nyari rizki / mandiri secara finansial. Kalau sudah nikah memang pihak suami yang harusnya cari nafkah untuk membiayai kebutuhan keluarga termasuk istri. Tapi kalau belum menikah? Nah loh... Sebenarnya saya juga sudah merasa agak "nggak enakan" kalau tiap bulan saya masih di subsidi oleh orang tua (walau kedua orang tua saya sih sepanjang ini masih oke - oke aja ngirim tiap bulan), saya sudah menginjak kepala dua tapi belum mandiri secara finansial. Malu.  T.T
Ya Allah... lapangkanlah rizki untukku dan untuk kedua orang tuaku, berilah yang halal berkah, manfaat dan melimpah..

Oke, karena kesempatan ini masih terbuka, masih menjadi wanita solo (single) *bukan promosi*, seharusnya ini menjadi momentum  untuk membuka gerbang kemandirian, sedikit - sedikit.

Kita tidak pernah tau kedepan itu akan seperti apa : Suaminya siapa? pekerjaannya apa? kondisi ekonomi keluarga kita nanti gimana? pihak istri harus ikut membantu cari nafkah atau tidak?. Nah, walaupun tidak ada kewajiban perempuan itu harus bekerja, dan disunahkan-pun tidak, mumpung masih single ayo kita sama - sama belajar. Soalnya suatu saat kita bakal jadi manager hebat di dalam rumah kita masing - masing. Perlu latihan, perlu pembiasaan.
Sedikit demi sedikit ayo mulai. Resapi kisah keteladanan yang bisa kita ambil dari bunda Khadijah. Perempuan hebat dengan harta benda melimpah yang selalu dipersembahkan di jalan-Nya. Bukankah kita juga mau demikian? Saya yakin jawabannya pasti : Ya. Mempersiapkan jiwa raga dan harta benda untuk mendukung kebaikan.

Mau apapun jenis "aliran" usahanya, terserah. Yang penting halal dan baik. Latihan - latihan, bukan waktunya lagi untuk main - main seperti anak TKdan SD. Kita harus serius. Serius mempersiapkan masa depan..
Ayo serius!
Mulailah segera, dengan bismillah..
Ya Allah, permudahlah..

Rabu, 16 Oktober 2013

Kesempurnaan-ku

Yang tersemat masuk ke jalam jilid sebuah karya, berada diantara halaman - halaman pencarian arti sebuah "jenjang". Saksikanlah... Semoga Allah selalu meridhoi..




SEMPURNA...
Haruskah semua begitu sempurna?
Dengan menghafalkan detil setiap huruf dan rumus yang terjajar
Haruskah  semua begitu sempurna?
Diwakili dengan aksara A sebagai simbol kesempurnaan nilai
Haruskah semua begitu  sempurna?
Siang – malam terjaga terjaga untuk mendalami sebuah ruang, padahal di luar sana ada taman – taman, yang aku menemukan diriku bisa menyatu di dalamnya

Aku merenung..
Bagiku kesempurnaan itu sederhana, saat senyum melengkung tulus dari kedua bibirmu,yang kemudian menyipitkan kedua matamu
Kesempurnaan sederhana, kesempurnaan dengan cinta.

Kesempurnaan - ku :
Ibu, Bapak, Mba Wi, Lala, Puput, Alby, Rhima, Fikri, Mba Depi, Mba Lala, Hamdi, Ceni, Diah, Imam, Izza, Zulfa, Nias, Rahma, Icha, Wida, Teteh Dhevy, Awal, Risma, Usman, Fitri, Gita, Mba Mumu, Pak Bambang , Hammy – Chime, seluruh murabbi-ku. Juga untuk sahabat ; Mata Hasan, SENYUM, L-Deka, Akobang, KMFM, JAVA,  Idagama, Elins A 2010, Melingkar, BIMO FORSALAMM,  FLP Yogya. Terimakasih. Jazakumullah khairan katsir...


"Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku, hanyalah untuk Allah.. Tuhan Semesta Alam.."  (Q.S Al-An’am: 162)

Minggu, 13 Oktober 2013

Selamat Milad Embel :')

Perempuan yang selalu teliti dengan hal - hal kecil...
Perempuan yang selalu tidur cepat dan bangun cepat..
Perempuan istimewa, seistimewa arti bungkus kado yang selalu dibuatnya dengan njlimet dan super telaten
Mbel... kata mbel yang pertama kali aku buat dan mempopulerkannya kepada yang lain.
Mbel, 3 tahun yang lalu sekitar bulan September, pertama kalinya aku menyentuh jari - jari mu yang panjang - panjang. Hehe.  Bersalaman dan berkenalan. Dan aku senang, ternyata tinggimu melebihi dari tinggiku. Jujur, aku kadang sedikit khawatir : apakah aku berlebihan tinggi badan? Dan ternyata engkaulah jawabnnya.. :D Kosan Pak Bambang jadi saksi pertemuan kita.. XD
"Emay.."
"Lala..."

Mbel yang sudah tau jelek, hancur lebur, buruknya kelakuanku, kebiasaanku (ssttt.. jangan bilang siapa siapa ya..).. Hehe. Sering mbel jadi pengingatnya. Walaupun embel tidak forntal bilang bahwa salju itu dingin. Mbel tidak pernah bilang, tapi mbel cukup kenakan syal dan sarung tangan. Itu yang membuatku mengerti bahwa salju itu dingin. Mbel yang tidak pernah gamblang bilang "tidak suka" atau "sakit hati", tapi dari raut wajah mbel seringkali aku mengerti kalau mbel "tidak suka" atau kata - kata yang aku ucap itu "menyakiti". Dan biasanya aku langsung diam, tutup mulut. :)

Perempuan hebat yang ingin sekali melanjutkan studi ke Jerman.. di 22-mu tujuan itu semakin dekat. Berjuanglah. Aku selalu iri dengan rajinmu, dengan fokusmu. Dan dengan tidur cepatmu yang bisa dihitung hingga belum sampai hitungan menit. #eh

Mbel, selamat milad ya.. :)
Spesial buat mbel dari "mama dan papa" :)
Mbel aku nobatkan masuk klasifikasi sebagai saudara perempuan terbaik yang pernah dan akan selalu aku miliki. Hehe
Beberapa tahun lagi mungkin kita akan pisah secara fisik. Apakah mbel mau ke Jakarta? Apa kita jadi tetanggaan? *bercanda*. Ah entahlah, warna - warni itu ada pada mbel..
mbel, Mba Lala Nurma Sabila Asyalala...

Semoga sepanjang usianya adalah keberkahan... :)
With love untuk mbel chuyuuung dari mama hammy :3 *mulai alay*
Maaf ya mbel, kalau adeknya yang satu ini tengil, bawel dan suka ngerjain..^^v
^^

Jogja, 10 Oktober 2013

Sabtu, 12 Oktober 2013

Aku.. bangun cinta

















Aku bangun dari jatuh..
Aku benar - benar bangun
Tidak ada kebosanan, tidak ada kejenuhan
Seperti urutan pagi-siang-sore-malam, satu persatu darinya tidak pernah bosan mengantri, bergilir
Seperti malam yang tidak pernah bosan dengan gelap dan kerlip gemintangnya

Aku bangun dari jatuh
Aku benar - benar bangun
Agaknya mirip dengan anak kecil yang mendapatkan satu paket gulali yummy
Agaknya mirip dengan orang yang pertamakali jatuh cinta

Aku bangun dari jatuh
Aku benar - benar bangun
Layaknya kaktus yang memilih hidup bebas di gurun, dibandingkan ada di sudut ruang
Layaknya bayi yang lebih memilih ASI, dibandingkan dengan susu formula

Aku bangun dari jatuh..
Aku menemukannya..
Aku... bangun cinta.
Dia adalah : K A T A

Sudah terlanjur, dan ini bukan penyesalan..
Agaknya ini  mirip dengan orang yang pertamakali jatuh cinta. Benar.

Yogyakarta, 11-10-13



Photo by wallchips.com

Refleksi | Berposes


Baru saja saya buka blog seseorang. Saya membaca, saya nikmati dari kata perkatanya. Dari jaman sebelum kuliah, sampai sekarang. Luar biasa. Dia orang besar dan bakal calon jadi orang yang lebih besar. Bocoran : beliau anak UGM (cari aja lah yang punya dan suka nge-blog)..

Dari perjalanan hidupnya saya jadi sadar, bahwa hidup adalah pembelajaran yang syarat akan proses. Perjalanan hidup sering sekali memposisikan kita seperti orang yang naik histeria : menkjubkan, mendebarkan membuat jerit - jerit kengerian. Bisa juga membuat kita seperti duduk manis dalam komidi putar : kadang di atas, kadang di bawah, sering juga di tengah menggantung.  Hidup : tergantung bagaimana cara kita menyikapi.

Penyesalan itu selalu ada di belakang. Ya, membaca blog beliau membuat saya menyesal. Mengapa? Kenapa nggak dari dulu aja saya rajin nulis di blog? keh keh keh. Ada blog, cuma dibuat nganggur. Padahal jika diceritakan dari SMA kan ya lumayan. Lumayan banyak memori yang bisa dibaca kembali dari sejak SMA : sekolah, teman - teman yang baik lucu menyenangkan walau ada yang agak rese, tentang mata hasan, X-1, XI IPA 1, XII IPA 2, tugas, pelajaran olahraga yang agak uhuk (nggak bisa), remidial (eaaa). Semuanya... Hm, sudah terlanjur. Nah, sekarang saya baru memulainya lagi..

Dari pengalaman hidupnya saya belajar tentang arti poses. Ketika dia berusia sekian tahun gaya cerita, gaya bicara dan gaya menulisnya seperti itu, tantangan hidupnya juga seperti itu. Perlahan dengan semakin bertambahnya digit usia, semakin seringnya merasakan siklus hujan dan kemarau, dari cerita - ceritanya saya merasakan ada perbedaan. PROSES, kenaikan menjadi lebih baik. Ujian - ujiannya menjadi semakin meningkat dan berbobot. Ah iya, bukankah semakin sulit suatu ujian merupakan suatu gambaran bahwa kualitas kita akan ditingkatkan? Penyikapan masalahnya-pun berbeda, dia semakin dewasa. Dan.. tulisannya sekarang jauh lebih bijak, lebih meliuk - liuk, lebih h e b a t.

Pelajaran berharga, bahwa hidup itu butuh proses. Proses-pun akan membutuhkan campur tangan dari sang waktu. Contoh konkretnya begini :
Suatu kondisi yang sama di sebuah kos-kosan, baju kotor sudah numpuk menggunung minta dipertemukan dengan detergen dan pewangi alias dicuci. Ada dua orang yang menanggapi persoalan tersebut dengan berbeda. Yang satu selepas subuh dia mulai mencuci, setelah usai lalu menjemurnya. Yang satu lagi masih tertidur untuk merangkai mimpi.
Akan terjadi perbedaan dari hasil keduanya, ya proses yang dijalaninya saja berbeda. Iya kan? Yang satu ketika siang hari bajunya sudah kering dan bisa dipakai setelah diseterika, yang satu-nya yang kerjanya hanya membangun mimpi akan kehabisan baju karena tidak ditangani dengan baik dalam prosesnya. Repot.

Demikian hidup, mengajarkan kita untuk lebih bersabar dan tekun dalam melakukan segala sesuatu. Karena hukum aksi = reaksi masih tetap berlaku. Proses adalah bagian dari pendewasaan tumbuh kembang manusia. Proses juga bisa saja mengkerdilkan manusia karena jalannya yang tidak ahsan, tidak baik.
Contoh nyatanya bisa juga jadi begini :
Banyak orang bilang bahwa kampus adalah miniatur kehidupan bangsa. Bisa jadi contoh salah satunya adalah tentang politik kampus. Pemira yang semacam dengan pemilu, proyek - proyek yang diberikan kampus untuk mahasiswa (misal acara OSPEK atau kegiatan yang lainnya), atau pengelolaan fakultas - fakultas yang dipimpin oleh seorang rektor.
Contoh kecil, harusnya kampus merupakan tempal "Kerja Praktek" yang bisa dijadikan tolak ukur bagaimana keadaan bangsanya. Jika mahasiswa yang diberi amanah untuk menjalankan / mengerjakan suatu kepanitiaan malah menyelewengakan anggaran / tindak manipulasi yang bisa merugikan salah satu pihak, maka wajar saja kalau bangsa ini demikian adanya. Ternyata praktik curang sudah membudaya dilakukan saat  masih  "Kerja Praktek" di kampus. Bermula dari sebuah bangkai, maka akhirnya akan menjadi sebuah kebusukan. Tidak akan bisa maju, kalau tidak diberangus dari akar - akarnya, darisaat kita masih berproses Naudzubillah..

Begitulah proses mengajarkan. Yang baik akan menjadi baik dan tambah baik.. Yang buruk maka hasilnya akan buruk. Proses tak selamanya akan mulus, akan ada semacam godaan karena memang syaitan ditakdirkan untuk menggoyakhan keteguhan hati. Cukupkan saja untuk Allah. Mari memulai dari pribadi masing - masing.

Allah... saksikanlah... kami berproses karena-Mu dan untuk-Mu..
Jauhkanlah kami dari tindak zhalim kepada diri kami sendiri, kepada teman - teman kami, ataupun kepada orang lain.
Tunjukilah selalu kami jalan yang lurus, seperti jalan orang - orang yang diridhai sebelum kami ada.
Bangsa ini, negeri ini ada di pundak kami, maka kuatkanlah pundak kami untuk memikulnya..
Kedamaian negeri ini, kesuburan tanah loh jinawi ini ada di hati kami, maka kuatkanlah cinta kami untuk mempertegas mana yang baik dan mana yang buruk.
Karena semua akan kembali dan bermuara pada-Mu. Maka jagalah proses kami untuk menuju-Mu, dengan kebaikan dan keberkahan.

Wallahu a'lam..



Yogyakarta, 11-10-13
Setelah baca blog-nya presma UGM 2013, mas Yanuar.


Kamis, 10 Oktober 2013

Aksara-mu


Aku tidak pernah menyapa. Kamu pun tidak pernah memanggil. Meski kita masih berada di bumi nusantara, nyatanya kita tidak pernah bertemu. Tidak atau belum, aku tidak tau. Tidak saling kenal. Tapi aku tidak begitu berharap dan mengharapkan, biasa - biasa saja. Begini saja sudah cukup.

Namamu mulai ramai terdengar, mengudara kesana - kemari. Lama kelamaan, aku mulai penasaran. Kalau kamu tau, banyak orang yang melabeli-ku sebagai orang cuek yang tidak mudah penasaran. Kali ini aku runtuh. Ada satu kata kunci yang membuat luluh untuk mengalah, dia bernama : s a s t r a.

Mengunjungi serambi rumahmu, disambut oleh senyuman barisan aksara yang kamu cipta --yang mungkin itu berasal dari hati. Kamu curang, kamu sudah berhasil membuatku berlama - lama menatap bunga - bunga yang menghias serambi rumah teduhmu. Kamu curang, sambutan aksaramu sudah membuatku berlama - lama tertegun menghayati keindahanya.

Kamu pernah bilang : "apa yang dari hati akan sampai ke hati" 
Benar, itu adalah aliran sungai yang berasal dari lautan dan akan kembali bermuara ke lautan. Benar, aksara yang kamu susun berhulu dari hati dan akan berhilir ke hati.

Jari - jariku menari, mengikutimu untuk menyatukan aksara menjadi kata, menjadi cinta yang dari hati...
Terimakasih, sambutan cantik dari aksaramu telah membuat jemariku ingin selalu menari. Barangkali itu.
Bukan karena kamu, tapi aksaramu. Tolong digaris bawahi di bagian "bukan karena kamu".

Senin, 07 Oktober 2013

Mencari Spasi

Akhir - akhir ini, entah mengapa aku menjadi  semakin acuh tak peduli



Sampai kapan kita akan menyalahkan waktu  dari satu pihak? Aku sudah sedari dulu tahu dan sesekali berdiri disampingmu, berjalan disebelahmu, atau yang lebih sering mengekor di belakangmu. Ah iya, bukankah kita pernah tertawa bersama dalam satu waktu? Pernah menangis bersama pada suatu hari? Pernah diam juga dalam keseringan?

Saat ratu cahaya kembali datang, sayang sekali spasi itu belum juga aku peroleh. Lagi dan lagi. aku kembali tau, bahwa bermain dengan api tak hanya bisa terasa panas tetapi juga bisa membumi hanguskan. Antara kamu dan aku, yang seringkali bertabrak rindu. Rindu untuk sekedar menyapa basa - basi :
"Bagaimana kabarmu, dek?"
Sungguh, apabila tiga kata diatas adalah lontaran kalimat yang diucap aku akan meminta waktu tiga detik saja. Tiga detik untuk mempercayai, 3 detik untuk membuat burung berhenti bersiul. Cukup tergantikan oleh suaramu. Cukup. 3 detik yang paling berarti. Sayangnya tidak.

Spasi yang memperjelas batasan - batasan kita. Bukan masa lalu yang membentur kamu, maupun masa depan yang kembali menginjak kamu. Aku ingin memberikan jeda dengan spasi. Memberitahukan kepadamu, bahwa aku mampu memperjelas dari satu menjadi dua, dua menjadi tiga, tiga menjadi empat dan seterusnya sampai semuanya bersambung dan kembali bermuara pada nomor satu. Kesatuan. Lalu bagaimana denganmu?

Aku membutuhkan spasi untuk menghela udara, memejam mata dan merasakan ada hakikat bahagia yang seharusnya aku kejar. Aku membutuhkan spasi untuk menghembus nafas, membuangnya dengan segala kelegaan yang menghilangkan sesak. Terlalu rumit jika aku harus membariskan semua huruf tanpa adanya spasi. Memejamlah, apakah kamu mau memberikan beberapa spasi untukku?

Terimakasih sudah membuatku "hebat" memaknai arti cibiran, cacian dan rasa malu. Terimakasih sudah membuat tanaman hias di pekarangan rumah menjadi layu dan meranggas, dengan begitu aku belajar memahami arti kekuatan dengan begitu aku bisa lebih mudah tau arti pengorbanan.

Aku lelah mencari spasi. Munggkin kamu juga tidak akan pernah memberi.
Pada akhirnya, aku menginginkan titik saja. Titik yang bisa mengakhiri segalanya. Walau kamu dan aku saling berkaitan. Ya, ujian untuk kecuekan menghadapi mulut - mulut dunia. Karena spasi yang tak pernah ku temui dalam pencarian.
Aku dipersalahkan, lalu kamu kemana?

Minggu, 06 Oktober 2013

Refleksi | Laa Tusrifuu dalam Menyikapi Kepopuleran


Entah dari sudut pandang apa saja manusia itu bisa mudah dilablelkan populer. Melihat  yang kinclong sedikit, langsung heboh. Melihat yang berbicara berapi - api di depan forum, langsung nge-fans. Melihat ketua - ketua lembaga, ketua kegiatan dll dengan wibawa berbicara cas cis cus, langsung "histeris".

Bukan maksud untuk menampikkan kewibawaan, kharisma, kebajikan dan berbagai tingkah baik yang melekat pada orang - orang tersebut. Terlebih para ABG muda belia yang mudah sekali terhipnotis, tekesima  dengan penampilan artis (yang katanya pujaannya). Kasus yang sama, sama - sama berlebihan. Namun, menjaga respon dengan suatu kewajaran  untuk menanggapi "ketakjuban" itu sepertinya akan menjadi lebih baik.

Seperti dalam Q.S Al-A'raf : 31, dimana Allah menyatakan ketidak-sukaan-nya pada orang yang berlebih - lebihan :

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-A’raaf:31)

Di kampus banyak terjadi fenomena seperti ini, tidak menutup kemungkinan juga ada di lingkungan lainnya. Pintar sekali rupanya setan membisik dengan halus, kehalusan setan yang merobohkan benteng pertahanan hati dan iman yang tersimpan di dalamnya. Dicari-nya agenda - agenda kegiatan orang "populer" itu, sampai kefahamannya melampaui orang tua dari "orang populer" tersebut. Dicarinya segala macam kesukan "orang pupuler" tersebut dan berbagai macam tidak kepo lainnya.

Kita dengan mudah diperdaya agar mau menghadiri majlis ilmu apabila pembicaranya adalah ustadz yang tersohor. Kita dengan mudah diperdaya agar (hanya) mau mendengarkan ucapan seorang yang "terkenal" dibanding dengan yang lain. Padahal keterkenalan itu tidak dapat mnjadi jaminan apapun. Parahnya, dengan mudanya kita bisa meremehkan dan merendahkan orang lain saat membanding - bandingkan dengan orang yang kita anggap "populer". Inilah yang berbahaya.

Mungkin di luar sana, ada seseorang yang sedang khusyuk menjaga hatinya, istiqomah menjaga lisannya, berkomitmen menjaga tingkah lakunya yang tidak terpublish kepada khalayak. Siapa tau ternyata permata yang paling bersinar ada pada dirinya. Sayangnya kita tidak menyadari, karna sudah tertutupi dengan sesuatu yang berlabel populer.

Bukan menyalahkan atau menyudutkan orang yang mengemban amanah dengan menampakkan dirinya di muka publik. Tidak, tidak sama skali. Mereka juga pasti memiliki kapasitas yang mumpuni untuk tampil "memesona" di hadapan orang - orang dengan kemampuan manajemen diri yang baik. Yang menjadi koreksi disini adalah diri kita sendiri. Cara penyikapan, respon dan ekspresi kita yang kadang terkesan berlebihan.

Bahwasannya Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa
sallam bersabda:
“ Cintailah sesuatu itu dengan biasa-biasa saja
karena boleh jadi suatu saat nanti dia akan menjadi
sesuatu yang kamu benci, dan bencilah sesuatu
yang tidak kamu ketahui dengan biasa-biasa saja,
karena boleh jadi suatu saat nanti dia akan menjadi
sesuatu yang kamu cintai.” ( HR. Bukhari , Abu
Daud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah, dari Abu
Hurairah ).


Dan karena sesungguhnya kita sudah memiliki manusia yang paling pantas untuk dijadikan sebagai sebaik - baiknya idola, sebaik - baiknya teladan.
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah."
(Surah [33] AL AHZAB : Ayat 21)

 Wallahu a'lam..

Jogja....  Oktober 2013


sumber gambar :www.motivasi-islami.com


Kamis, 03 Oktober 2013

Mengenalmu Sekali Lagi

Izinkan aku mengenalmu sekali lagi. Saat pertama menjumpa senyumu, dan hangat suara sapa yang terhembus bercampur bersama udara. Aku ingin mendengar lagi saat kau katakan siapa nama-mu, dari mana asalmu, apa golongan darahmu, apa hobimu, apa yang kamu suka apa yang tidak kamu suka. Di bawah pohon rindang, di atas rumput yang terhampar, perkenalan kita sebentar - sebentar namun begitu lengkap. 

Aku ingin merasakan kembali saat seluruhnya hening dan yang tersisa hanya suaramu yang menjelaskan siapa kamu. Saat aku terdiam, namun menyimak sebenarnya siapakah kamu. Sayangnya aku bukan pengingat yang baik, informasi - informasi penting itu hilang. Lupa. Aku tidak mendokumentasikan dalam catatan tertulis.

Seandainya aku kembali bernostalgia mengunjungi tempat itu, apakah rumput yang menjadi saksi saat kamu memperkenalkan diri mau membocorkan informasi tentang kamu  kepadaku? Dan apakah pohon rindang itu juga akan membisikan suatu kode tentang kamu? Mungkin saja, tapi sayangnya saat mereka berbahasa, aku tak bisa menerjemahkan untuk memahaminya. 

Bisakah kamu mengulanginya sekali lagi? Mendengarkkan intonasi suaramu yang datar, terkadang naik, bisa juga menjadi turun adalah suatu keindahan. Sesekali tertawa kecil saat kamu sebut hal yang kamu sukai dan tidak kamu sukai. Kamu unik. Ya, sejak pertama kali aku mengenalmu tetiba aku sadar bahwa Bhinka Tungggal Ika bisa berlaku di antara kita. Karena sejatinya setiap pribadi tidaklah sama. Aku dengan adanya aku. Dan kamu dengan adanya kamu. 

Jika aktivitas sepasang sepatu adalah selalu beriring bersama untuk berjalan, berlari, kehujanan, kepanasan, dan berjajar di rak sepatu dengan serasi. Mereka terlihat bahagia, tapi nyatanya mereka meratap sedih. Karena mereka hanya sekedar bersama, tapi tidak bisa menyatu. Beda dengan cerita antara aku dan kamu. Ada tempat dimana kita tidak bisa berjalan bersama dalam satu garis, kita berjauhan. Tapi sebenarnya kita tetap bisa bersatu. Dan kita memang tetap menyatu. Hingga hari ini sampai kapanpun.

Barangkali beginilah cara kerja hati. Gemar sekali menarik ulur perasaan. Tetiba terasa bahagia, sekelika juga bisa tersa sedih. Tetiba bisa terasa riuh ramai, seketika juga bisa berubah menjadi sepi dan sendiri. Begitulah rasanya hari ini.

Suatu kali pernah kamu coba untuk memperkenalkan kembali tentang siapa kamu. Informasi penting yang sangat menyenangkan ketika proses mencarinya, namun sayang aku belum menyadari betapa berharganya kata - kata yang akan kamu ucap. Aku pergi untuk menemui aktivitas yang lain. Pergi meninggalkan salam, sapa dan senyum yang selalu menghias jelas di wajahmu. Maaf..

Jadi izinkan aku untuk mengenalmu sekali lagi, di tempat yang sama ; di bawah pohon rindang dengan karpet rumput hijau yang membentang. Barangkali jika tiba waktu untuk harus jujur, aku ingin kembali mengulang untuk mengarsipkan semuanya. Tentang aku dan kamu. Yang jika harus berkenalan untuk kesekian kali aku tidak pernah merasakan kebosanan. Karena kamu adalah energi.
Sesekalali namamu terdengar, diceritakan oleh teman sebelahku. Ya, itu kamu.
 =======


Untuk pejuang di L-Deka, Senyum, Mata Hasan :
izinkan aku mengenalmu sekali lagi. Lebih tepatnya sekali lagi yang berkali kali... Maaf jika ke-alpha an sering aku lakukan. Bukan karena kamu, ada sesuatu dimana waktu yang hanya bisa menjelaskan.
:)

.:Maylia Putri


sumber gambar : pejuangpena13.wordpress.com

Selasa, 01 Oktober 2013

Dia menamakannya : PERHATIAN


Semacam kesal, tapi kesal ini bukan pada tempatnya
Semacam sebal, tapi sebal ini harusnya bukan diposisinya
Semacam sesak, tapi sesak ini karena alasan yang tak logis
Semacam resah, tapi entah resah ini akan dimuarakan kemana
Tapi tapi ini dalam. Dalam sekali...
Cukup. Aku tau jawabannya hanya dengan menunduk
Menundukkan hati!

Ah iya, aku ini siapa?
Aku hadir ada baru kemarin sore
Yang datang bukan sebagai ibunya
Yang datang bukan sebagai bapaknya
Yang datang  bukan pula saudara kandugnya
Yang datang juga bukan sebagai teman dekatnya
Atau malah jangan – jangan aku ini belum dinobatkan “datang”?

Mereka bilang : “Jangan terlalu perhatian.”
Ah iya memang benar. Aku ini bukan siapa – siapa..
Jutaan orang bahkan milyaran orang di luar sana memiliki hak yang sama terhadap dia
Aku bukan siapa – siapa. Maka berlakulah seperti orang yang bukan siapa – siapa.
Tapi... apa iya ini yang dinamakan dengan “perhatian”?
Ku rasa, aku dengan semua orang juga demikian adanya
Tapi, mengapa mereka merespon beda?

Ah sudahlah, aku memang bukan siapa – siapa.
Aku tau, aku bukan siapa – siapa
Dan aku tetap baik – baik dan tidak apa – apa..

“Katanya : Jangan terlalu perhatian. Ah, perhatian salah, nggak perhatian apalagi.”
Baiklah, mungkin aku harus berhati – hati untuk mengartikan, 
Berhati - hati juga mengalih bahasakan yang namanya : PERHATIAN

Bisakah kau mengajarkan-nya?


*sekian*

Gerah euy..
1/10 Jogja