CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Senin, 07 Oktober 2013

Mencari Spasi

Akhir - akhir ini, entah mengapa aku menjadi  semakin acuh tak peduli



Sampai kapan kita akan menyalahkan waktu  dari satu pihak? Aku sudah sedari dulu tahu dan sesekali berdiri disampingmu, berjalan disebelahmu, atau yang lebih sering mengekor di belakangmu. Ah iya, bukankah kita pernah tertawa bersama dalam satu waktu? Pernah menangis bersama pada suatu hari? Pernah diam juga dalam keseringan?

Saat ratu cahaya kembali datang, sayang sekali spasi itu belum juga aku peroleh. Lagi dan lagi. aku kembali tau, bahwa bermain dengan api tak hanya bisa terasa panas tetapi juga bisa membumi hanguskan. Antara kamu dan aku, yang seringkali bertabrak rindu. Rindu untuk sekedar menyapa basa - basi :
"Bagaimana kabarmu, dek?"
Sungguh, apabila tiga kata diatas adalah lontaran kalimat yang diucap aku akan meminta waktu tiga detik saja. Tiga detik untuk mempercayai, 3 detik untuk membuat burung berhenti bersiul. Cukup tergantikan oleh suaramu. Cukup. 3 detik yang paling berarti. Sayangnya tidak.

Spasi yang memperjelas batasan - batasan kita. Bukan masa lalu yang membentur kamu, maupun masa depan yang kembali menginjak kamu. Aku ingin memberikan jeda dengan spasi. Memberitahukan kepadamu, bahwa aku mampu memperjelas dari satu menjadi dua, dua menjadi tiga, tiga menjadi empat dan seterusnya sampai semuanya bersambung dan kembali bermuara pada nomor satu. Kesatuan. Lalu bagaimana denganmu?

Aku membutuhkan spasi untuk menghela udara, memejam mata dan merasakan ada hakikat bahagia yang seharusnya aku kejar. Aku membutuhkan spasi untuk menghembus nafas, membuangnya dengan segala kelegaan yang menghilangkan sesak. Terlalu rumit jika aku harus membariskan semua huruf tanpa adanya spasi. Memejamlah, apakah kamu mau memberikan beberapa spasi untukku?

Terimakasih sudah membuatku "hebat" memaknai arti cibiran, cacian dan rasa malu. Terimakasih sudah membuat tanaman hias di pekarangan rumah menjadi layu dan meranggas, dengan begitu aku belajar memahami arti kekuatan dengan begitu aku bisa lebih mudah tau arti pengorbanan.

Aku lelah mencari spasi. Munggkin kamu juga tidak akan pernah memberi.
Pada akhirnya, aku menginginkan titik saja. Titik yang bisa mengakhiri segalanya. Walau kamu dan aku saling berkaitan. Ya, ujian untuk kecuekan menghadapi mulut - mulut dunia. Karena spasi yang tak pernah ku temui dalam pencarian.
Aku dipersalahkan, lalu kamu kemana?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar