Perjalanan ini mengawali kisahku pada masa - masa yang baru
kusadari, bahwa hidup beginilah adanya. Baru menyadari dan merasakan
nilai – nilai yang ditanamkan dari ibu, bapak, keluargaku dan teman –
temanku tersayang.
Malam itu kian beranjak, pukul 21:00 WIB tepat,
Giwangan kian menjauh deru mesin mobil itu menghantarkaku ke salah satu
tempat paling selatan di pulau jawa, saat Jogja aku tinggalkan untuk
sementara waktu dengan berbagai agenda yang belum sempat aku selesaikan,
dengan berbagai target rencana – rencana yang terpaksa belum bisa aku
penuhi. Namun 1 kewajiban yang pasti, ritual beli buku tiap bulan tidak
boleh terlewatkan sedikitpun. Dan 3 buku menjadi pelengkap perjalanan
ini.
Nanar, mungkin baru tatapan kosong yang bisa
dihadapi, hanya baru bisa menerka, menebak, mengira – ira apa yang harus
aku lakukan nanti. Mungkin ini terkesan berlebihan, karena aku berpikir
aku tak hanya akan membawa nama pribadi saja, ini menyangkut nama –
nama yang menyokongku juga : almamater dan daerah asal. Rasa itu pasti
ada. Aku harus melakukan apa di sana?
Banyak mahasiswa dari berbagai penjuru datang kemari
UI politeknik Malang, Surabaya PENDS, UNS, ITB, UGM, ITS, Unibraw,
Unsoed, Undip dll, dan termasuk aku di dalamnya. Sempat aku berharap
pada-Nya : “Rabb, di sini jangan pernah satukan aku dengan anggota
kelompok dari ITB, ITS yang mendominasi. Aku belum siap... Dan kau tau
apa yang Allah jawab? Ia menjawabnya dengan begitu bijak. Aku
dipersatukan 1 kelompok dengan 2 orang mahasiswa ITB (teknik fisika) dan
1 orang mahasiswa ITS (teknik fisika), bukan yang lain. Teringat
dahulu, sempat berdoa untuk masuk jurusan yang tidak banyak berbau
fisika dan matematika, berharap bisa berkutat dengan biologi saja. Dan
kini nyatanya? Elins kian melekat. (*lagian mengapa doaku seperti itu?)
Rabb.. apa yang kau rencanakan? Mahasiswi Elins dari Jogja sebatang
kara harus menghadapi mereka – mereka. Jujur, melihatnya saja aku sudah
kadung sreem. Mengapa aku selalu mengingat “Aku bukan hanya membawa nama
pribadi, tapi almamater dan daerahku juga terbawa.” Dan rasa – rasa itu
semakin mengkhawatirkan, berusaha saja untuk tenang dan tetap menggali
timbunan memori mata kuliah yang pernah terlintas saat kuliah. Ya
Allah, aku bersama mereka.. Hingga suatu hari, karena kepentingan
penelitian, kelompok pun diganti. Plong..
(dan sungguh baru kini ku sadari, betapa teramat bodohnya doa yang telah ku panjatkan ketika itu. Bukankan dosen UGM telah mengajarkan yang sedemikian rupa hingga menjadikannya dalam kategori di atas rata - rata? Lagi - lagi masalah ketidak PeDe an, atau "njawanis")
Dia menjawab doa hambaNya dengan cara yang romantis…
Bisa dibilang penempatan Kerja Praktek/Magang atau
apalah yang sebenarnya aku lebih suka menyebutnya dengan kuliah praktek
(karena memang masih banyak belajar di sana, belum merasakan posisi
seperti selayaknya orang kerja), aku melihat cahaya baru, nama cerah
yang baru aku tahu dan awalnya selalu membuatku bertanya – tanya. Ada
apa dengan nama itu? Aku semakin ingin tahu, siapakah mereka bagaimana
fungsinya. Facility Engineering menjawab semuanya, kata “engineer” yang
mengingatkanku pada dialog pelajaran bahasa Jepang, saat itu ku berkata
“jadi Enjinia di Pertamina” . Ku pikir aku akan ditempatkan pas dengan
bagian Electronic & instrumentation sesuai dengan prodi-ku, tapi HRD
mem-plot-kan lain aku di teteapkan di FacEng. Selamat datang dunia
instrumentasi, izinkan aku untuk mencintaimu..
Facility Engineering merupakn salah satu unit yang ada di
perusahaan yang aku tuju. Salah satu dari beberapa fungsinya yang aku
ketahui adalah untuk merawat, menyiapkan, mengeksekusi dan memilih
instrument mana yang harus digunakan, diwafatkan. So, unit ini memiliki
perang sangat penting, mengingat dunia industry yang tidak akan pernah
lepas dengan namanya instrument. Kesalahan sedikit bisa – bisa
perusahaan akan menghilang dan manusia di dalamnya tak akan pernah ada
lagi. Yeah, instrument.
Fokusan yang aku dapat adalah di bagian Instrument Maintenance
Area,1 per satu dari 4 area harus aku jelajahi. Dan kau tahu, aku harus
masuk kilang. Kilang yang biasanya hanya bisa aku tatap dari sunyinya
jalan Balongan, melihat kegagahannya aku hanya disa bergumam. Kapan aku
bisa masuk ke area seperti itu?. Dan Allah menjawabnya, di tempat yang
lain aku diberi kesempatan untuk masuk kilang dengan kapasitas produksi
yang lebih besar, kurang lebih 60% untuk mencukupi kebutuhan BBM dan non
BBM di negeri ini. Subhanallah..
Perusahaan ini berfokus pada pengolahan dan produksi, jadi bukan
lahannya untuk ngebor cari minyak, atau bongkar tanah untuk nyari batu
bara, namanya juga Refinery Unit^^. 4 Maintenance Area yang ada di
perusahaan itu terdiri dari : kilang minyak I (MA I) yang menangani
pengolahan produksi aspal, gas elpiji dlsb, kilang minyak II (MA II)
diantaranya bisa menangani pengolahan minyak dari dalam dan luar negeri
(Arab, Iran) dan di area tersebut terdapat furnace. Ya dapur yang akan
memasaknya. Area III atau biasa di sebut utilities menjadi tempat
favoritku, salah satunya karena musholanya paling oke Hahaha. Kau tahu
dengan kapasitas pabrik yang begitu besar, tentu saja membutuhkan suplay
listrik yang sangat besar pula, atau angin, gas yang digunakan untuk
penggerak atau pemberi press juga sangat di butuhkan dalam industry ini,
dan unit IIi ini yang akan menjawab kebutuhan itu. Air laut dengan
proses yang cukup panjang bisa disulap sebagai steam yang akan
menggerakan turbin, dengan proses lagi bisa menghasilkan listrik yang
bisa memenuhi semuanya. Dan aku pun jatuh hati dengan unit Boiler (di
jelasin nanti ya^^). Terakhir adalah bagian Paraxylene, control room nya
mantap.
Seperti inikah dunia kerja? Disiplin Disiplin dan disiplin. Lewat
dari jam 7, maka matahari akan memberikan kehangatan dahsyat yang akan
menimbulkan peluh. Artinya dengan area sebesar itu, kita harus berjalan
kaki untuk sampai ke tempat yang kita tuju karena TERLAMBAT. Lain hal
jika tepat waktu, bus perusahan akan siap sedia mengantar di area dalam
kilang. 1 lagi perlengkapan Alat Pelindung Diri harus tetap
diperhatikan. Disiplin. Safety. Keselamatan pekerja, keselamatan alat
dan keselamatan proses.
Baikalah, ini memang perjuangan ekstra lebih. Mengingat kaum adam
yang banyak mendominasi di sini. Lagi – lagi harus ada penyesuaian.
Cepat, cepat dan cepat. Kadang untuk mengimbangi langkah pembimbing
lapangan, aku harus berlari – lari kecil utuk menyusulnya. Memasang
pelindung telinga mungkin akan lebih rumit jika dibandingkan dengan
mereka (kaum adam). Oke, tidak masalah, bukankan pimpinan tertinggi
perusahaan ini yang notabene merupakan perusahaan BUMN terbesar adalah
seorang wanita? Haha. Jangan mau mengalah dengan keadaan.
Instrumen yang hampir pasti ada di setiap industry membuatku semakin
membuka mata, Allah sangatlah adil. Dulu mungkin hanya pertanyaan –
pertanyaan, umpatan kesal dengan materi kuliah yang horror. Ngapain
susah – suasah? Kenapa harus belajar ini? Kenapa banyak banget sensor?
Kenapa harus belajar pemrograman yang njimet? Kenapa harus belajar hukum
– hukum arus listrik, magnet dll yang nyusahin? Kenapa harus belajar
gerbang logika yang ngeselin? Kenapa harus belajar untai listrik? Kenapa
harus belajar banyak banget tupukan teori instrumentasi industry? Dan
pertanyaan paling dalam : Kenapa aku memilih Elektronika &
Instrumentasi?. Kini terjawab sudah..
Jangan pikir dunia pasca belajar di bangku kuliah / sekolah akan
lebih simple daripada dulu saat kita ogah – ogahan masuk kelas, lab,
bikin laporan. Beda, sangat berbeda. Tanggung jawab menuntut segalanya.
Inovasi, kreasi, teknologi yang semakin pesat. Ya, saat mata terpejam
untuk menikmati indahnya mimpi di siang bolong, mungkin orang di luar
sana sudah menciptakan teknologi baru yang lebih mutakhir. Teori dan
kenyataan sering tidak sama, tidak nyambung dan tidak sinkron. Itulah
mengapa sebabnya manusia selalu membutuhkan manusia lain. Komunikasi
adalah salah satu modal utama untuk menjalani hidup. Bicara ramah,
tersenyum dan ucapkan terimakasih bukankan hal itu bisa memperbaiki
keadaan?
Indahnya mentari pukul 7, semburat sore, kilang, area kilang 70
pinggir pantai Nusakambangan telah mendamaikan. Bus perusahaan melaju
dengan batas kecepatan 35 km/jam, meliuk liuk mengikuti jalan aspal area
kilang untuk mengantarkan pekerja – pekerja pilihan. Deru mesin proses
dan produksi tidak terdengar dari dalam bis. Well, bukankah sudah ada
contoh Karen Agustiawan adalah GM Pertamina wanita pertama. So?
(Senyuum^^)
~Allah sudah memberikan pada kita rute jalan masing - masing yang harus kita tempuh. Persipakan saja kapan kita harus menghadapi tikungan tajam, jalan yang berkelok - kelok, jalan landai, jalan mendaki ataupun turunan tajam~
.:Bersama ke 4 Srikandi Elins: Maylia, Wida, Icha dan Nias:.
asalamualaikum wr.wb :)
BalasHapussalam kenal mbak.mbak aku adalah mahasiswa PTIK smester 6 diuniversitas putra indonesia "yptk" padang.
sekarang aku juga lagi PLI dipertamina teluk kabung padang,sama kayak mbak,mbak boleh aku minta softcopy laporan PL mbak
asalamualaikum wr.wb
BalasHapussalam kenal mbak, saya indra mahasiswa ELINS'16.
Saya sangat terkesan dan termotivasi dengan tulisan yang mbak maylia buat ini, semoga perjalanan dan kisah mbak ini dapat saya jadikan pedoman yang selalu menyadarkan saya arti sebuah jerih payah untuk mendapatkan sebuah "GOAL" yang di idam-idamkan :) .
terima kasih mbak seukses selalu.