CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Minggu, 21 April 2013

Sketsa Ukhuwah

Mencintai suatu hal yang kita sukai sejatinya adalah sebuah kemudahan, tak perlu penolakan, tak perlu adu argumen, tak perlu selisih pendapat, tak perlu tabuh genderang perang,bahkan bisa dibilang bahwa mencintai sesuatu yang kita sukai adalah aktivitas yang tak membutuhkan perjuangan sama sekali. Sama sekali. Semuanya mengalir saja. Mengalir tanpa banyak pikir. Yang hanya akan adalah sebuar rasa, rasa nyaman yang khusyu’ penuh kenikmatan.
Jika kerontang menerjang kian jelas sudah guyuran-Nya kan semakin cepat datang menjelang. Bukankan itu sebuah keseimbangan? Bahkan sejak SD kita sudah diajarkan, bahwa adalah benar hidup ini seimbangan adanya.  Ada yang memberi dan ada yang menerima, tak pernah sekalipun dan itu bukan hal yang wajar saat anak manusia terus menerus memberi tanpa sedikitpun menerima. Kalaupun merasa tidak, mungkin dia merasa lupa atau merasa sombong melupakan limpahan rahmat yang telah banyak diberikan oleh Rabbnya. Tak pernah juga seorang anak manusia itu selamanya terus meminta – minta namun tak pernah memberi, minimalnya ia pernah memberikan hak untuk dirinya sendiri. Ah, betapa pandainya penemu ungkapan “terima kasih”, yang selogika saya berarti setelah menerima sesuatu maka kita harus mengasih (memberi) kembali. Itulah yang diajarkan ukhuwah, saling menerima untuk saling memberi, saling memberi untuk saling menerima.
Jika menilik kembali dari berbagai fenomena alam maupun kehidupan, sudahlah jelas gambaran ukhuwah itu semakin jelas, semakin kongkret, semakin layak untuk diperjuangkan. Mulai dari filosofi  1 batang lidi akan rapuh beda halnya  jika diikat dan dpersatukan dalam jumlah banyak, bentuk formasi V pada saat burung terbang untuk saling menjaga, semut yang jika bertemu kawanannya selalu bersalaman, kumpulan lebah dalam sarang, populasi hewan dan tumbuhan. Hey, apakah kita lupa? Kita adalah manusia, makhluk yang sudah Allah janjikan tentang kesempurnaanya. Berbagai fenomena dan alam telah mengajarkan. Lantas ada apa dengan ukhuwah?
Bicara tentang ukhuwah, sepertinya tak kan pernah lari dengan yang namanya pengorbanan. Karena daun yang gugur merelakan dirinya berjatuhan disaat meranggas. karena sungai pada ujungnya akan bermuara pada lautan yang penuh dengan gulungan ombak, karena kayu akan habis terbakar saat api menjilatnya dan akan menjadikan arang atau abu. Semua itu tak kan terjadi tanpa adanya sebuah pengorbanan. Pengorbanan tulus untuk kebaikan saudaranya, pengorbanan tulus tetap teguh pada janji untuk membela pada yang haq terhadap saudaranya.
Penuh dengan berbagai macam sikap, sifat, karakter, kebiasaan yang mungkin bisa menaik turunkan tingkatan frekuensi mood kita terhadap saudara kita sendiri. Tapi bukankah pelangi akan dikatakan pelangi saat warnanya berwarna – warni yang akan terlihat cerah dan begitu indah? Itulah arti saudara, berbagai macam – ragam  yang terdapat dalam dirinya, dan ukhuwahlah yang dapat mempersatukannya.
Sketsa ukhuwah, garis – garisnya tersapu lembut mengajarkan tentang kelembutan dalam kebaikan. Begitulah sketsa ukhuwah, goresannya kian mempertegas bahwa hidup ini akan tersa indah dengan kebersamaan. Begitulah sketsa ukhuwah memberikan penjelasan bahwa keberuntungan akan dapat terjaga saat kita dapat saling mengingatkan. Saling menguatkan, saling menjaga, saling mengasihi, saling memacu diri untuk berlomba dalam kebaikan (fastabiqul khairat). Begitulah sketsa ukhuwah mengajarkan, membersamai dan dibersamai saudara seiman karena Allah… semoga ikatannya kian menguat hingga bertemu kembali  samapi kaki ini menginjak jannah.
“Perumpamaan orang-orang beriman dalam cinta-mencintai. Saling menyayangi dan bantu membantu diantara. Sesamanya laksana sebuah jasad. Apabila salah satu bagiannya sakit,yang lain tiada bisa.Tidur di malam hari,dan menngigil demam”.(Rasulullah saw)

Tak perlu syarat, walau hanya terlihat lewat lewat isyarat. Sumpah, ukhuwah itu dahsyat !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar