CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Rabu, 18 September 2013

Refleksi | Kemenangan



Jikalau kau merasa selalu dikalahkan oleh orang lain. Jikalau kau merasa tidak pernah menempati posisi beruntung seperti orang lain. Kau yang sudah bergerilya untuk segala inginmu, dan yang lain hanya iseng - iseng mencoba. Nyatanya dia yang berhasil!

Dalam banyak hal, banyak posisi kau merasa mengekor dibelakang tak pernah menjejak maju maupun bertumbuh untuk memuncak. Kalah dalam banyak hal semisal prestasi atau kemujuran - kemujuaran lainnya. Maka pergilah, perglilah sebentar ke tempat sepi dimana kamu bisa menyendiri sejenak. Meresapi dan merenungi.

Ini bukan perkara harus menjadikan diri menjadi yang nomor satu. Apa salahnya dengan nomor dua, tiga, ataupun seratus tiga puluh lima ribu dua ratus tujuh puluh? Apa salahnya? Ini bukan perlombaan. Sejatinya musuhmu adalah dirimu sendiri.

Tanyakan, mengapa ingin sekali kau menjejak posisi seperti orang lain? Tanyakan, mengapa kau ingin memiliki seperti apa yang dimiliki oleh orang lain? Tanyakan, mengapa kau iri dengan apa yang merka punya? Satu dua kali hingga berkali - kali tak terhingga kau membanding - bandingkan dirimu dengan yang lain. Menyakiti diri sendiri. Membunuh kepercayaan dirimu. Memupus segala kemungkinan - kemungkinan baik untuk dirimu.

Mari memposisikan diri. Semuanya adalah tentang diri kita sendiri. Bukan bagaimana cara untuk memposisikan diri agar kita juara satu di atas yang lain. Tidak. Tapi bagaimana cara kira menjadikan diri kita juara untuk diri sendiri. Minimal itu.

Membanding - bandingkan diri dengan orang lain kebanyakan yang ada hanyalah rasa sakit. Banyak tidak adilnya, terutama yang akan berimbas kepada diri sendiri.Terlupa bahawa semua manusia sudah tercipta sempurna. Masalahnya perbandingan - perbandingan yang kau koar - koar kan itu lebih banyak yang tidak pentingnya. Membandingkan kepandaian, membandingkan kecantikan, membandingkan ketampanan, membandingkan nasib dan kepemilikan barang. Ah, sudahlah...

Semua telah diposisikan seimbang sesuai dengan perannya. Tidak semua menjadi dokter, tidak semua menjadi pasien. Ada dokter karena ada pasien, dan demikian pasien yang membutuhkan jasa dari sang dokter. Semuanya saling berperan. Tak semuanya menjadi teknisi listrik, agar ada peranan lain yang mengurusi keuangan, pangan, hukum dll. Masing - masing kita menempati pos - pos jaga kita masing - masing.

Menjadi pemenang untuk diri sendiri tidak layak jika harus diukur dan diparameterkan dengan membentur - benturkan diri dengan nasib orang lain. Mungkin kau pernah bergumam :
"Aku sudah menginginkan itu sedari dulu, sedari yang kuinginkan belum terlintas olehnya. Tapi mengapa dia yang memperolehnya?"
" Aku sudah menyiapkan dan mengumpulkan info dengan sungguh - sungguh. Aku membagi info tersebut kepada dia, dia yang ku liat tidak sungguh - sungguh dan hanya "coba - coba" berhadiah. Tapi mengapa dia yang mendapatkannya?"

Sudahlah, mari kita berdamai diri.  Mari kita beternak kesungguhan dan membasmi segala putus asa. Bisa jadi kau telah lalai akan sikap dan sifat yang sudah mnjatuhkanmu sendiri. Mari mulai melawan malas, melunakkan benci hingga menjadi cinta. Kamu tergantung bagaimana kamu menyikapi. Setiap orang mempunyai potensi masing - masing. Toh, sudah ada Sang Maha Penilai yang tahu segalanya tentang kesungguhan dan setiap celah di hati kita. Berhenti menyakiti diri sendiri. Kita masih ada.. Sejatinya musuhmu adalah dirimu sendiri. Bersyukurlah...

Sementara di sana - sini masih ada yang sedang berjuang menjadi nomor satu di dunia. Di tempat lain ada pula yang sedang membentur - benturkan nasibnya dengan nasib orang lain.



Fa biayyi alaa'i Rabbi kum tukadzdzi ban
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”


Yogyakarta, 18 Februari 2013
I believe..


Photo from :  lensagaul.blogspot.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar