Lagi – lagi saya tulis bertemakan tentang
virus mematikan satu ini. Mematikan jika tidak bisa dirawat, ganas jika tak
bisa dijinakkan, berbahaya jika tidak dapat mengelolanya. Mencintai bukanlah
hal hina yang harus dibasmi dan dibabat habis. Beruta – juta buku menerbitkan
judul itu, banyak penulis rela merangkai kata membahas ulasan tentang itu,
bahkan hampir lagu – lagu remaja yang dibawakan band – band Indonesia adalah
tentang CINTA. Nggak pernah bosen dan nggak ada habisnya tentang bahasan yang
satu ini. Tak kan pernah berujung jika berbicara tentang cinta.
Alhamdulillah-nya, hingga detik ini dari
jaman balita, TK, SD, SMP, SMA, sampai sekarang kuliah saya belum pernah
menyandang gelar “pacarnya A, B, C, D dll” atau “ceweknya A, B, C, D dll”, naudzubillah. Dan tidak akan pernaaaahhh
sampai benar – benar seseorang datang menemui kedua orang tua saya dan meminta
resmi diri ini dalam balutan ijab sah. Cukup itu saja. Suatu saat, saat sudah
halal menjabat dan mencium tangannya. Itu saja. Suamiku (ihiiir). XD
Entah gegara saya termasuk orang yang
gengsiannya minta ampun, atau karena faktor lain. Yang pasti saya sangat
bersyukur diri saya tidak pernah dinodai oleh label “PACARAN”. Dulu saat SMP
saya pernah berikrar “Tidak akan pernah mau pacaran, selama saya masih
berstatus lajang (alias pacarannya ntar kalau pas resmi sudah menikah saja)”,
dan saksinya adalah teman – teman saya. Walau saya tahu, saat itu saya belum menjaga
betul adab bergaul dengan lawan jenis. Sempat beberapa kali di ejek -
ejek tapi alhamdulillah saya tetap teguh memegang prinsip itu, prinsip yang
berasal dari gengsi yang saat itu belum karena Allah. Sempat digoda dengan
candaan dari teman – teman yang dulu menjadi saksi ikrar prinsipku yang
mengatakan bahwa saya pasti akan mengalami PACARAN. Alhamdulillah Allah menjaga
saya, dan itu tidak terbukti hingga detik ini saya sudah meginjak semester 6.
Meski tidak bisa dipungkiri yang namanya
rasa suka, kagum atau cinta (saya agak kesulitan untuk membedakan definisinya),
yang jelas rasa suka pasti adalah dirasa oleh setiap manusia NORMAL. Rasa suka
kepada lawan jenis adalah sesuatu yang wajar. Namun sangat kurang ajar jika
terus diluap – luapkan, lupa dengan
segala hal dengan menjadi BUDAK CINTA. Terperdaya oleh perasaannya. Selalu
membenarkan diri, mengira – ira, mengandai – andai dengan egois. Berbual dengan
segala kepalsuan yang penuh dengan kedustaan. Kalau gentle kalau maco, cepet dateng ke rumah ortunya, meminta si dia
dengan baik – baik. Berani nggak? Kalau nggak berani dan masih menye - menye,
udah putusin aja.
“Ih
corak baju aku sama dia kok sama? Jangan – jangan kita jodoh?” padahal pabriknya nggak cuma memproduksi 1 dooang kali -__-“
“Wah
perhatian banget ya si dia.”
padahal ke semua orang juga baik
Kali ini saya akan mengerucutkan tentang
PACARAN. Ok, saya sudah kadung “gatel” dengan satu kata itu. Seandainya ada
obat yang bisa dibeli di apotek untuk menyembuhkan penyakit itu, mau deh saya
borong terus saya bagi – bagi buat orang yang terjangkit virus itu. Dan
dahsyatnya virus itu menular, parah. Parah banget.
Bukan apa – apa. Bukan untuk memangkas rasa
yang memang fitrah dimiliki oleh manusia, bukan untuk membakar hangus
rasa. Basi ketika ungkapan “aku sayang
padamu, aku cinta padamu” berlayar layar memenuhi inbox dihapemu, mention2
mesra di twitter, mengumbar ststus
alay di facebook dengan men- cc si dia.
Bukankah cara itu saja sudah menandakan bahwa doi tidak bisa menghargai jerih
payah orang tuanya karena mendzolimi kepercayaan rizki darinya untuk dihambur –
haburkan. Beli pulsa sering – sering, buat pacaran pula. Hrrrr. Cinta – oh
cinta. Gila aja kata se sakral itu dipakai untuk “mainan alay”. Apalagi kalau
ada yang pacaran kemudian dia bilang : “Aku mencintaimu karena Allah.” Tanya
serius, itu cinta untuk Allah nya dapat urutan keberapa? Yakin nggak pegang - pegangan, khayal – khayalan, yakin nggak bakal mikiiiriiiin terus, yakin nggak bakal dua - duan? (biar hati kecil kita saja yang menjawab).
Saya kasihan dengan korban – korban yang
berjatuhan akibat “kegiatan gila” yang dilakukan dibalik kata pacaran. Anak –
anak SD yang masih unyu – unyu harus mengada – ada bukan menjadi dirinya
sendiri yang penuh dengan kepolosan dan apa adanya. Menurut pengamatan saya
sendiri (nanya dari berbagai sumber) ternyata anak SD jaman sekarang (cewek)
banyak yang sudah mengalami menstruasi lebih cepat dari jaman – jaman saya atau
sebelumnya. Apa sebabnya? Banyak sebab sebenarnya walau dari faktor makanan dll
juga mempengaruhi. Tapi saya nggak pernah ragu, kalau salah satu faktor yang
mempercepat tingkat menstruasi adalah PACARAN atau tontonan yang blas sama
sekali nggak mutu. Anak SMP yang mulai menginjak remaja banyak yang
bergelimpangan ketika terbentur dengan gelora cinta yang bermukim dan merajai
hatinya. Yang harusnya sibuk dengan belajar, kegiatan ekstrakurikuler banyak
yang lebih milih untuk mojok dipinggir kali. Aih, mau dikemanakan generasi muda
kita ini? Anak SMA juga, mengikrarkan dirinya sudah mulai dewasa (padahal
parameter dewasa bukan hanya umur dan jenjang pendidikan), mulai mau tahu
rasanya percik – percik api cinta. Nggombal (buat ngepel kali), seakan – akan
si dia hanya satu satunya yang harus dimiliki dan menjadi pendamping hidupnya
yang abadi. Seeettt dah. Atau ada yang sekedar lucu – lucuan punya pacar. Coba
– coba gitu deh. Emang masa depan mau dipakai untuk coba – coba? Atau icip –
icip? Mending bantu Ibumu saja masak di dapur. Apa kabar dengan mahasiswa? Yang
notabene siswa yang sudah "maha".. *uhuhu panas nih ceritanya :3 (lap keringet
dulu)
Pacaran
itu boleh kok, boleh saat sudah ada kata “sah” terucap.
Membayang
– bayangkan si dia itu boleh kok, boleh saat sudah menikah.
Rasa galau itu akan muncul jika hari – hari
kita tidak disibukkan dengan kegiatan atau aktivitas yang baik – baik. Mana
sempat kita bisa menggalau saat hidup kita sudah terkonsep dan teragendakan
kegiatan – kegiatan mulia?. Full kan
hari kita dengan kerja nyata kerja ikhlas karena Dia. Sesungguhnya hal yang
paling bahagia bagi orang berpuasa adalah saat berbuka. Begitupun saat kita
bisa menjaga hati dan menjaga diri, maka akhirnya akan berakhir dengan sebuah
keindahan. Jangan sampai diri kita menyesali setelahnya. Yuk, semangat berubah.
Berubah ke arah perbaikan. Cari seribu jawaban baik, tapi bukan mencari seribu
alasan untuk melakukan pelanggaran. Apa - apa yang Allah tetapkan, percayalah bahwa semuanya adalah kebaikan untuk kita.
Jagalah hatimu, maka dia yang namanya sudah
tertulis di lauh mahfudz juga akan menjaga hatinya untukmu. Tidak perlu coba –
coba. Karena jodoh itu pasti sudah ada, dan akan ada saatnya :)
Masih ada waktu untuk memperbaiki...
Masih ada waktu untuk memperbaiki...
Wallahu
a’lam..
Yipii yipiiii yap yap ayookkk semangat
belajar duluuuu!!!! :D
*foto diambil waktu praktikum alat ukur elektronik^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar