CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Rabu, 28 Agustus 2013

Gejolak tiga menara


Alhamdulillah..

Banyak terjadi agenda besar dihari ini. Lagi – lagi hati saya sudah dipermainan. Bukan dipermainkan oleh siapa – siapa, tapi oleh saya sendiri.Dipermainkan seperti bentuk sebuah grafik, kadang naik kadang turun. Tapi sekarang lagi sering turunnya.  

Kalau boleh cerita, ini semua tentang peristiwa yang terjadi secara beruntun 3 agenda besar yang sudah meruntuh dan baru saya ketahui akhir – akhir ini. Namun saya berharap semoga kedepan yang tersisa adalah kebaikan – kebaikan dan kebaikan.

Stop – stop – stop!!! Jangan dilanjutkan terlalu detil. Siang tadi saya sudah agak tercubit dengan tulisan yang ditulis oleh salah satu mahasiswa ITB yang saya follow tumblr nya. Kira – kira inti tulisannya begini :
“Perempuan jaman sekarang (walaupun tidak semuanya) sudah mulai kehilangan rasa malu. Intinya ini berhubungan dengan (terlalu) blak – blakan-nya mereka di dunia sosial media. Padahal yang seharusnya disimpan rapi dalam hati atau ditumpahkan pada lembaran kertas tapi malah di publish bebas dan semua orang bisa tau.”

Njleb banget, saya sadar blog ini banyak terisi oleh kasus – kasus curhat. Tapi semoga saya bisa memilah, mana yang seharusnya boleh di publish dan mana yang seharusnya hanya disimpan tanpa diketahui oleh orang lain. Apalagi kalau sudah nyangkut di urusan hati, nah loh. Ah.. kenapa saya sekarang malas nulis di note dibandingkan cerita di sini? T.T Entahlah...

***
Ah ya, kembali sejenak saya mengingat dan membuka memori lagi tentang ajaran bersyukur, ajaran nrimo dan ajaran legowo. Bahwasanya kita sering terjebak dengan kalimat yang tidak sepantasnya. Saat bahagia kita bilang bersyukur, tapi saat susah kita bilah bersabar. Jadi syukur disejajarkan  hanya untuk hal – hal yang menyenangkan, sedangkan sabar diidentikkan  untuk hal – hal yang menyedihkan. Aih, sempit sekali rupanya. Padahal harusnya tidak boleh begitu kan ya? :O Kondisi apapun yang terjadi harusny dan sewajarnya bersyukur.

Nemu!!! Di buku catatan kajian saya tertanggal 27 Juli 2013. Kajian pagi hari saat Ramadhan kemarin, tempatnya di IC. Berangkatnya pagi – pagi beneran ini, sekitar jam 6an, berangkat paling pagi jam 5:30 dari kosan cuma pernah sekali padahal kajiannya mulai jam 6. Dulu berangkat kajiannya bareng sama mbelala (mbelala itu mba lala, mbak kosan saya di akobang beliau mahasiswi farmasi. Kapan kapan saya ceritain di cerikus deh, cerita khusus.) kita biasa kedinginan mmenembus jalanan ring road utara untuk menuju Seturan ( halah padahal saya berangkat suma berapa kali doang). Kajian ini nih diisi ) oleh Ust. Solikhun (mantap jaya ilmunya beliau, subhanallah). Kok malah belok – beok gini sih? :v

Oke kembali, jadi judul kajiannya itu Mentarbiyah Kembali Iman. Pada bagian akhir di tulisan yang saya catat menyinggung soal syukur. 

"Syukurnya kita itu harus karena karunia Allah bukan hanya karena sebatas tembok bahagia atau sedih saja. Syukur karena karunia. Syukur terhadap syukur. Intinya apapun kondisinya ya wajib bersyukur. Sekali lagi syukurnya karena karunia Allah dan bersyukur masih bisa bersyukur.

Mmm,,, tentang nrimo dan legowo sepertinya ini sudah menjadi perwajahan masyarakat di tempat perantauan saya sekarang. Iya di Jogja, apalalgi kalau sudah berinteraksi dengan masyarakat pedesaan. Mantap!

===

Saya kehilangan 3 momen besar M, P, da T -__- dan catatan kajian itu sudah cukup mendamaikan.. Menunggu sejenak untuk mengunjungi kota – kota di seberang pulau sana . Dan menunggu sejenak untuk kesempatan itu datang kembali. Eh, bukan menunggu.. Tapi saya harus menjemput. Iya, menjemput dia. Dia yang saya cita – citakan, karena dia adalah cita – cita saya..

Alhamdulillah..


Untuk kota – kota yang saya rindu untuk saya kunjungi di tahun ini, bersabarlah.. saya sedang membangun hubungan baik dengan angin agar dia mampu menerbangkanku menujumu. Padang & Lombok. Baiklah... mungkin di lain waktu. :)
Mungkin kamu nggak ngerti tentang apa yang saya alami, tapi mengertilah saja paling tidak saat saya mengungkit rasa syukur. Sebuh pembelajaran bagi saya sendiri. Benar, bahwa pengelolaan yang paling berat adalh mengelola hati.
*tiga menara yang terlanjur bergejolak*





Sumber gambar dari nonnad.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar